Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Kanal Pengetahuan Fakultas Peternakan
  • BERANDA
  • E-LEARNING
    • MENARA ILMU
    • KULIAH TERBUKA
    • KULIAH TAMU
    • COMMUNITY OF PRACTICE
    • COMMUNITY OF SERVICE
    • PROFIL DOSEN
  • RISET & PUBLIKASI
    • KNOWLEDGE TRANSLATION
    • PERTEMUAN ILMIAH
    • PENELITIAN
    • PUBLIKASI
  • TENTANG KANAL
  • Beranda
  • ARTIKEL
  • page. 2
Arsip:

ARTIKEL

ALFALFA UNTUK MASA DEPAN PETERNAKAN

ARTIKELUncategorized Sunday, 19 November 2017

Tanaman alfalfa bagi masyarakat Indonesia masih memberi kesan asing dan adanya di luar negeri, khususnya kawasan subtropics. Tanaman leguminosa tahunan ini dinilai istimewa karena kekayaan nutrisi dan fitogenik serta banyak kegunaan. Dunia Arab memberinya nama Al-Fisfisa, yang bahasa Spayol menjadi Alfalfa dan artinya “Bapak Semua Makanan”. Di Amerika Serikat dijuluki sebagai “Queen of the Forages” (ratu semua hijauan pakan) dan merupakan tanaman komersial dengan total areal nomor empat setelah jagung, gandum, dan kedelai.

Tetapi kini alfalfa yang di Eropa lebih dikenal dengan nama Lucerne itu tidak lagi monopoli kawasan tropis. Paling tidak sejak tahun 1990-an, Indonesia sudah mulai mengembangkan budidaya alfalfa. Dan ilmuwan Indonesia sudah berhasil merintis budidaya alfalfa di dataran rendah yang disebut Alfalfa Tropika yang disingkat Alfata. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan alfalfa berpeluang besar dibudidayakan di Indonesia, tidak hanya di dataran tingginya, dan bisa dikembangkan di lahan kering. Di Indonesia kini sudah ada kebun-kebun alfalfa yang hasilnya bahkan sudah ada yang diekspor.

Multiguna
Alfalfa diduga merupakan tanaman asli Asia Baratdaya dan sudah digunakan di Persia ribuan tahun Sebelum Masehi (SM), diperkenalkan ke Eropa abad kelima SM, dibawa bangsa Spanyol ke Amerika Selatan dan memasuki Amerika Serikat tahun 1800-an. Dari awal sudah digunakan sebagai pakan ruminansia, utamanya kuda dan sapi, dan sebagai makanan dan minuman kesehatan dari daun, biji dan kecambah alfalfa. Alfalfa dikenal sebagai hijauan pakan yang kandungan nutrisinya paling lengkap (sekitar 60 jenis) dengan tingkat kandungan paling tinggi di antara semua hijauan leguminosa pakan. Alfalfa kini telah menjadi pakan hijauan yang paling besar produksi globalnya di banding pakan hijauan lainnya.

Tanaman alfalfa (Medicago sativa) termasuk dalam famili Fabaceae dan genus Medicago. Bersifat perennial, bisa bertahan beberapa tahun dengan panen berkali-kali dalam setahun. Tinggi berkisar satu meter, dan akar masuk ke tanah sampai kedalaman 2-4 meter. Dibanding leguminosa lainnya, alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan. Pada musim kemarau yang parah mampu melakukan dormansi (tidak aktif) dan aktif kembali bila tingkat kelembaban sudah sesuai.

Daftar nutrisi pada alfalfa panjang dengan tingkat kandungan yang tinggi. Di antaranya, kandungan protein sekitar 15-22%. Ada vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, K, Niacin, asam panthotenic, asam folat, inocitole, biotin. Ada mineral P, Ca, K, Na, Cl, S, Mg, Cu, Fe, Co, B, Mo, Ni, Pb, Sr, dan Pd. Kandungan serat rendah sehingga mudah dicerna hewan ternak.
Kegunaan utama alfalfa, khusus daun dan tangkainya, sejak dahulu ialah sebagai pakan ternak ruminansia. Belakangan ini sudah digunakan sebgai pakan untuk unggas dan ternak lainnya.

Alfalfa juga digunakan sebagai pangan manusia, khususnya kecambah bijinya yang sudah popular di berbagai negara. Sejak zaman purba, alfalfa juga dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat memelihara kesehatan dan menangkal penyakit. Dunia industri sekarang mengolah alfalfa untuk memproduksi enzim-enzim industrial seperti peroxidase, alphaamylase, sellulase dan phytase.

Penghimpunan nitrogen melalui bintil-bintil akar serta cekaman akarnya yang mendalam menjadikan alfalfa cocok dijadikan tanaman untuk bioremidiasi maupun konservasi tanah, termasuk menahan erosi di lahan miring sampai kemiringan 80%. Juga sebagai tanaman rotasi untuk menyingkirkan hama atau penyakit tanaman tertentu. Dan belakangan ini sudah pula mulai dimanfaatkan sebagai sumber biofuel untuk pembangkit tenaga listrik.

Alfalfa Tropika
Upaya budidaya alfalfa untuk tujuan komersial di Indonesia relatif masih baru. Tercatat antara lain diusahakan di daerah Boyolalu (Agrowisata Selo Pass), Jawa Tengah tahun 1995. Dr. Nugroho Wasmadi, tenaga ahli pada Agrowisata Selo Pass mulai melakukan riset pengembangan tahun 2000. Riset dilanjutkan bersama Indonesia Alfalfa Centre (IAC) yang dipimpin Dr. Nugroho Wasmadi dan berada di bawah Lembaga Penelitian Universitas Wahid Hasyim Semarang. Tahun 2005 penelitian dilanjutkan dengan dengan kerjasama perusahaan Taiwan. Dan tahun 2007, alfalfa hasil petani binaan mereka mulai diekspor ke Taiwan.

IAC telah berhasil mengembangkan alfalfa tropika (alfata) melalui sistem keseimbangan interflow, yakni mengkondisikan iklim mikro bawah tanah agar biji alfalfa dari daerah subtropik bisa tumbuh baik dan menghasilkan alfalfa dengan kandungan nutrisi tetap tinggi. Alfalfa dalam beberapa aspek dinyatakan bahkan lebih unggul dari alfalfa tropis. Yakni panen bisa sekali 21 hari (subtropics 2 bulan sekali), kandungan protein 32% (dibanding 21%), usia produksi 3 tahun (dibanding 1 tahun), produksi 15 ton/ha (dibanding 10 ton/ha, media tanam segala jenis tanah termasuk lahan tidak produktif, dibanging tanah gromosol).

Sementara itu, hasil riset Widyati Slamet dkk (2009) dari Universitas Diponegoro, Semarang menunjukkan media tanam tidak memengaruhi produksi dan kualitas protein kasar, serat kasar, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik hijauan alfalfa pada pemotongan pertama. Semakin tinggi persentase pemberian kompos pada media tanam, produksi dan mutu hijauan alfalfa akan ikut meningkat. Sedangkan Juniar Sirait dkk dari Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih, Sumatera Utara menyimpulkan alfalfa yang ditanam di dataran tinggi beriklim basah Kabupaten Karo potensial digunakan sebagai bahan pakan kambing. Alasannya, pertumbuhan alfalfa baik, produksi cukup tinggi, nilai nutrisi di atas rumput alam dan merupakan sumber kaya protein dengan palabilitas cukup tinggi.

Pakan sejauh ini merupakan salah satu masalah utama dalam pengembangan ternak di Indonesia. Uraian di atas kelihatannya memberi pertanda bahwa alfalfa berpeluang dijadikan sebagai salah satu jawaban strategis bagi masa depan peternakan di Indonesia. (Sinar Tani Edisi 15-21 Pebruari 2012 No. 3444 Tahun XLII)

UGM Kembangkan ‘Burger’ Pakan Sapi, Solusi Atasi Kerawanan Pakan Ternak Korban Merapi

ARTIKELUncategorized Sunday, 19 November 2017

Sedikitnya 65 ribu ekor sapi di empat kabupaten, Magelang, Sleman, Klaten, dan Boyolali terancam kekurangan pakan dan harus turut serta diungsikan akibat bencana letusan Merapi. Untuk mengatasi ancaman kekurangan pakan ini, tim peneliti dari Fakultas Peternakan UGM berhasil mengembangkan ‘burger’ siap saji untuk sapi-sapi korban Merapi. Para peneliti UGM ini membuat semacam burger pakan sapi siap saji dengan bahan baku utama jerami padi (70%), dedak gandum atau polard (20%), molase dan larutan mikrobia (10%) untuk membantu proses fermentasi. “Burger pakan sapi ini merupakan campuran dari berbagai bahan yang diramu sehingga kandungan nutrisinya mencukupi kebutuhan ternak dan tidak perlu tambahan bahan pakan lain, termasuk hijauan, kecuali air minum,” kata Prof. Dr. Ali Agus, D.E,A., salah seorang anggota tim peneliti kepada wartawan, Rabu (10/11).

Dosen Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, ini menjelaskan pemilihan bahan pakan utama berasal dari jerami ini dengan alasan harganya relatif murah dan masih mudah didapat. Untuk proses fermentasinya juga hanya berlangsung 24 jam (1 hari) sehingga relatif cepat bila dibandingkan dengan teknologi pembuatan pakan silase hijauan yang memerlukan waktu tiga minggu.

Proses fermentasi complete feed alias burger pakan sapi akan berhasil ditandai dengan aroma yang harum dan tekstur tidak berubah atau masih seperti semula serta tidak timbul jamur. Teknik pembuatannya pun cukup mudah. Setelah bahan jerami padi dan polard dicampur secara merata kemudian moleases (tetes gula tebu) yang telah dicampur dengan larutan mikroba disiramkan di atasnya secara merata. Kemudian, bahan campuran tersebut dimasukkan dalam plastik ukuran 25-30 kg dan ditali rapat. “Pakan ini dapat disimpan hingga enam bulan,” tambahnya.

Burger pakan sapi ini kini sudah didistribusikan sekitar dua ton ke lokasi penampungan sapi perah di lapangan Tlogo Adi, Mlati, Sleman. Berdasarkan pengamatan, pakan ini cukup disukai ternak. “Kami optimis apabila teknologi ini diadopsi akan dapat mengurangi masalah kerawanan pakan selama masa krisis Merapi berlangsung. Tiap hari kini diproduksi sekitar dua ton pakan burger ini,” katanya.

Produksi pakan siap saji ini dapat ditingkatkan secara signifikan. Langkah yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan alih teknologi kepada peternak. Proses pembuatannya pun dapat dilakukan di lokasi dekat penampungan ternak. “Sambil memberikan aktivitas peternak yang juga pengungsi agar tidak jenuh,” ujarnya.

Temuan dari tim peneliti Fakultas Peternakan UGM ini merupakan sebuah solusi untuk mengatasi ancaman kekurangan pakan ternak korban bencana Merapi. Untuk memenuhi kebutuhan pakan saat ini memang tidak mudah. Apabila setiap ekor sapi membutuhkan rata-rata 20 kg/hari, untuk memenuhi kebutuhan 65 ribuan ekor sapi diperlukan hijauan minimal 1.300 ton/hari. Demikian juga untuk kebutuhan pakan konsentrat. Apabila setiap ekornya rata-rata 5 kg/hari, diperlukan pakan konsentrat sebanyak 325 ton/hari. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Penambahan Pakan Daun Turi Tingkatkan Bobot Lahir Anak Sapi Bali

ARTIKELUncategorized Sunday, 19 November 2017

Sapi Bali merupakan jenis sapi potong utama di wilayah Indonesia Timur. Sapi jenis ini banyak dibudidayakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada tahun 2011 di daerah tersebut populasi sapi Bali mencapai 784.012 ekor. Sementara permintaan sapi Bali dari luar derah setiap tahunnya sangat besar hingga 23.000 ekor.

“Hanya saja hingga kini NTB belum bisa memanfaatkan peluang tersebut karena keterbatasan lahan dan keterbatasan pemeliharaan ternak yang rata-rata hanya bisa memelihar 2 ekor sapi,” jelas Ir. Imran, M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor, Jum’at (26/4) di Fakultas Peternakan UGM.

Dalam kesempatan itu staf pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas Mataram ini mempertahankan disertasi berjudul “ Dampak Peningkatan Kualitas Pakan Terhadap Produktivitas Sapi Bali di Lombok Tengah NTB”. Menurutnya untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak guna memenuhi permintaan yang besar tersebut harus didukung dengan usaha penigkatan ketersediaan dan kualitas pakan yang memadahi. Selain itu juga perlu diperhatikan sinkronisasi ketersediaan pakan dengan siklus reproduksi ternak. Dengan penyesuaian waktu tersebut diharapkan saat anak sapi (pedet) lahir di saat keberadaan pakan yang melimpah dan kandungan protein yang tinggi.

Melihat kondisi tersebut, Imran melakukan penelitian dengan mengembangkan strategi pemberian pakan pada indukan dan pedet menggunakan pakan lokal berkualitas tinggi yaitu daun turi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian suplemen daun turi pada indukan Sapi Bali di derah basah pada masa bunting enam sampai tujuh bulan dapat meningkatkan bobot lahir pedet dan pertambahan bobot badan harian pra sapih dari 14,82 ± 2,63 kg menjadi 18,21 ± 1,27 kg. Sementara pertambahan bobot badan harian pada pedet pra sapih meningkat dari 0,50 ± 0,03 kg/hari menjadi 0,54 ±0,04 kg/hari.

Ditambahkan Imran pemberian tambahan pakan daun turi tersebut juga terbukti dapat meningkatkan konsumsi,kecernakan nutrian, neraca nitrogen, serta ekskresi suplai protein mikroba pada indukan sapi Bali. Hal serupa juga akan terjadi dengan pemberian tambahan pakan daun turi pada indukan Sapi Bali selama menyusui. “Pemberian daun turi pada indukan sapi selama menyusui dapat meningkatkan produksi susu. Sementara pemberian pada anakan sapi Bali masa lepas sapih bisa menaikkan konsumsi nutrient dan pertambahan bobot harian pedet,” paparnya.(Humas UGM/Ika)

Cara Membuat Silase Untuk Pakan Ternak

ARTIKELUncategorized Thursday, 19 October 2017

Di daerah seperti di Indonesia yang terdapat dua musim, musim hujan dan musim kemarau, menjadi ­­perhatian penting bagi peternak yang memelihara ternak seperti sapi, kambing, domba dll. Karena terbatasnya rerumputan pada musim kemarau.

Melimpahnya hijauan pada musim hujan adalah sauatu kesempatan bagi peternak untuk menyimpan pakan hijauannyauntuk musim kemarau. Tapi bagaimana caranya pakan hijauan tersebut yang disimpan tidak kering dan nilai gizi atau protein tidak berkurang, dan pakan hijauan tersebut dapat disimpan selama 1 bulan, 2 bulan atau 6 bulan bahkan 1 tahun. Untuk itu diperkenalkan salah satu lagi teknologi pengewatan pakan hijaun ternak yaitu Silase.

Pakan hijaun yang telah dipotong dari lahan seperti Rumput Gajah, kemudian dikeringkan dengan kandungan air 60% sebelum disimpan dalam kondisi tertutup tanpa udara atau yang biasa disebut anearob.

Kenapa pakan hijauannya ini perlu dikeringkan? Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air hijaun, jadi pakan hijauan ini tidak dapat cepat rusak. Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengering, atau mau lebih hemat bisa dijemur bentar dibawah terik matahari.

Apa itu silase? silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalamkantong plastic yang kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactis Acidi dan streptococcus yang hidup secara anerob dengan derajat keasaman 4(pH 4).

Oleh karena itu mengapa pada saat proses silase pakan hijauan ternak yang tersimpan dalam kantong plastik atau dalam silo harus ditutup rapat, sehingga proses silase berjalan dengan baik dan pakan hijauan tidak cepat dibusukkan oleh bakteri lain dan jamur.

 Tujuan Membuat Silase Untuk Pakan Ternak

  1. Sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak pada saaat musim tanpa penghujan (kemarau) yang panjang.
  2. Untuk meyimpan dan menampung pakan hijauan yang berlebih pada saat musim hujan, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu pada saat musim kemarau.
  3. Memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai nutrisi terbaik seperti protein yang tinggi.
  4. Mendayagunakan sumber pakan dari sisa limbah pertanian ataupun hasil agroindustri pertanian dan perkebunan seperti bekatul, dedak, bungkil sawit, ampasa tahu,tumpi jagung, janggel jagung.

Proses Membuat silase:

Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan:

  1. Tetes tebu(molasses) = 3% dari bahan silase
  2. Dedak hulus =5% dari bahan silase
  3. Menir =3.5% dari bahan silase
  4. Onggok = 3% dari bahan silase
  5. Rumput Gajah atau hijauan sebagai bahan silase
  6. Silo atau kantong plastik.

Cara membuat Silase

  • Potong rumput hijau tersebut dengan ukuran 5-10 cm dengan menggunakan parang, atau dengan menggunakan mesin chopper. Potongan rumput yang kecil tujuannya agar rumput yang dimasukkan dalam silo dalam keadaan rapat dan padat sehingga tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang masuk.
  • Campurkan bahan pakan tersebut hingga menjadi satu campuran.
  • Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara.
  • Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang kosong antara tutup silo dan permukaan pakan paling atas.
  • Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik, atau kantong plastic yang diisi dengan tanah.

Cara pengambilan silase

  • Sesudah enam sampai delapan (6—8) minggu proses ensilase telah selasai, dan silo dapat dibongkar, selanjutnya diambil ensilasenyas. Proses silase yang benar dapat bertahan satu sampai dua (1—2) tahun, bahjkan lebih.
  • Pengambilan silase secukupnya untuk pakan ternak, contonya untuk 3-5 hari.
  • Silase yang baru dibongkar sebaiknya dijemur atau diangin-anginkan terlebih dahulu.
  • Jangan sering-sering membuka silo untuk mengabil silase, ambil seperlunya, dan tutup rapat kembali silasesnya, agar silesa tidak mudah rusak

Ciri-ciri silase yang baik.

  • Rasa dan wanginya asam
  • Warna pakan ternak masih hijau
  • Teskstur rumput masih jelas
  • Tidak berjamur, tidak berlendir, dan mengumpal

Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi

ARTIKELUncategorized Thursday, 19 October 2017

Usaha sapi potong yang diperuntukkan untuk  menghasilkan daging  berkualitas baik, pada umunya dihadapkan pada masalah ketersediaan  pakan baik berupa hijauan maupun konsentrat.  Produksi hijauan pakan menjadi lebih terbatas karena pertambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman, perluasan lahan untuk produksi pangan dan pembangunan subsektor lainnya. Oleh sebab itu penyediaan pakan memerlukan pengolahan limbah pertanian yang relatif sederhana untuk mendukung ketersediaan pakan sepanjang tahun.

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian menjadi kompos.  Ternak sapi  yang menkonsumsi jerami padi menghasilkan  kotoran (pupuk kandang), yang nantinya apabila dikelola secara baik, akan menjadi pupuk organik dan akan  bermanfaat optimal bagi tanaman. Jerami padi dapat digunakan untuk pakan sapi potong dewasa sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun.  Sehingga pada lokasi yang mampu panen 2 kali setahun akan tersedia pakan berserat untuk 4 – 6 ekor sapi.

Hambatan pemanfaatan jerami padi secara luas sebagai sumber pakan ternak adalah rendahnya nilai nutrisi bila dibandingkan dengan hijauan pakan.  Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat diperbaiki dengan teknologi untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi

Cara  yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak sapi adalah melalui proses fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (starbio, starbioplus, probion). Hal ini akan meningkatkan motivasi untuk meningkatkan ternak sapi yang dipelihara.

Proses Pembuatan Jerami Padi Fermentasi

Pembuatan jerami padi fermentasi dengan sistem terbuka.  Proses fermentasi terbuka dilakukan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton jerami fermentasi adalah : 1 ton jerami padi segar, Probion (probiotik) 2,5 kg, Urea 2,5 kg, dan air secukupnya.

Cara Pembuatan :

Proses pembuatan dibagi dua tahap, yaitu tahap fermentatif dan pengeringan serta penyimpanan. Pada tahap pertama, jerami padi yang baru dipanen dari swah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan, dan diharapkan masih mempunyai kandungan air 60%. Jerami padi segar yang akan dibuat menjadi jerami padi fermentasi ditimbun dengan ketebalan kurang lebih 20 cm kemudian ditaburi dengan Probion dan urea. Tumpukan jerami tersebut dapat dilakukan hingga ketinggian sekitar 3 meter.  Setelah pencampuran dilakukan secara merata, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses fermentatif dapat berlangsung dengan baik.  Tahap kedua adalah proses pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada tempat yang terlindung. Setelah proses pengeringan ini, maka jerami padi fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai  pakan pengganti rumput segar.

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler

ARTIKELUncategorized Tuesday, 19 September 2017

Pakan merupakan salah satu unsur yang berpengaruh penting terhadap performance produksi ayam broiler.  Pakan juga memberikan andil terbesar dalam biaya produksi ayam broiler sekitar 70%.  Untuk itu, tolak ukur utama dalam menentukan keberhasilan bisnis ayam broiler adalah Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan.  Konversi pakan adalah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram daging.

Pemilihan pakan yang berkualitas tentunya akan meningkatkan keuntungan peternak karena biaya pakan akan semakin efisien sebagai dampak konversi pakan yang baik, waktu yang lebih singkat karena pertumbuhan ayam yang ceat, dan sehat karena mendapatkan nutrisi yang seimbang.

Kebutuhan Nutrisi Broiler
Pakan mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam broiler.  Untuk bisa tumbuh dengan optimal, pakan harus mengandung unsur nutrisi yang seimbang.

Tidak heran jika pakan disusun dari berbaai macam bahan pakan yang mengandung unsur nutrisi yang berbeda-beda, antara lain protein karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

Tabel 3 merupakan kebutuhan nutrisi standar breeder.  Kandungan nutrisi pakan yang diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan.  Selain itu, efisiensi ransum juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan ransum broiler karena berhubungan dengan keuntungan beternak.

Tabel 3.  Rekomendasi Minimum Nutrisi Broiler

Spesifikasi Starter Grower Finisher
Feed intake per ekor (g) 250 1000
Periode pakan (hari) 0-10 Nov-22 23-43
Struktur pakan Crumble Crumble/Pelet Pelet
Protein kasar (%) 21-22 19-20 18-19
Energi metabolisme (kkal/kg) 3035 3108 3180
Lisin (%) 1,32 1,19 1,05

Tabel 4.  Kebutuhan Nutrien Ayam Ras Pedaging Menurut SNI

Nutrien Satuan Kandungan Starter (1-3 minggu) Finisher (>3 minggu)
Kadar air % Maksimum 14 14
Protein kasar % Minimum 19 18
Lemak kasar % Maksimum 7 8
Serat kasar % Maksimum 6 6
Abu % Maksimum 8 8
Ca % Maksimum 0,9-1,2 0,9-1,2
P total % Minimum 0,6-1,0 0,6-1,0
P tersedia % Minimum 0,4 0,4
Energi Metabolisme kkal/kg 2900 2900
Lisin % 1,1 0,9
Metionin % 0,4 0,3
Metionin + Sistin % 0,6 0,5

Sumber : Buku Panduan Lengkap Ayam Broiler, Ferry Tamalluddin.

Membuat Ransum Sendiri (Self Mixing Formula) Untuk Bebek

ARTIKELUncategorized Tuesday, 19 September 2017

Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia perunggasan petelur di Indonesia telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan peternakan unggas dalam skala usaha besar maupun  kecil. Oleh karena faktor tersebut  sudah  tentu juga akan meningkatkan jumlah permintaan ransum/konsentrat pabrik . Harga ransum/konsentrat pabrik pun cenderung terus meningkat karena permintaan lebih besar dari penawaran dan juga disebabkan oleh faktor bahan baku yang sebagian besar masih mengandalkan impor dari luar negeri. Kenaikan harga ransum / konsentrat pabrik kadang-kadang menimbulkan kelesuan dunia peternakan unggas .

Sebenarnya peternak  unggas dapat mengurangi resiko fluktuasi harga pakan / konsentrat pabrik  yang begitu terus naik melambung tinggi dengan cara membuat ransum jadi sendiri ( self mixing formula ). Tujuan dari membuat ransum sendiri adalah untuk mendapatkan harga yang lebih ekonomis dengan kualitas pakan yang dihasilkan dapat memenuhi standar kebutuhan nutrisi dan kesehatan, yaitu  mengandung zat-zat protein, karbohidrat, lemak, kalsium, vitamin, mineral, dan air dalam keseimbangan yang cukup.

Untuk para peternak bebek petelur, self mixing formula sangat memungkinan untuk dilakukan karena bahan baku pakan yang dapat digunakan lebih bervariatif (lebih banyak) dan cara pembuatannya lebih sederhana. Karena pakan bebek yang baik adalah  berupa tepung maka bahan-bahan yang sudah kita hitung dan diketahui kandungannya selanjutnya dihaluskan menjadi tepung (digiling halus) setelah itu dicampur sampai rata .

Ada berbagai macam cara (metode) untuk menghitung formula ransum :

Metode Coba-Coba : cara yang paling mudah tetapi membutuhkan waktu yang  lama  dan biaya yang cukup besar.

Metode  Matrik: perhitungan secara matematika matrik kebalikan, sulit bila jumlah bahan lebih dari tiga.

Metode Simultan : perhitungannya lebih matematis dibandingkan dengan metode coba-coba.

Metode Linier: metode yang juga disebut metode biaya termurah, perhitungannya harusmenggunakan komputer, dan hasilnya lebih mendekati keakuratan.

Salah satu syarat penting untuk dapat menyusun ransum, pertama kita harus mengetahui kandungan kebutuhan ransum yang dibutuhkan oleh ternak kita.

Misalnya, untuk  ransum yang dibutuhkan oleh bebek petelur adalah: protein 17% – 19% , kalori 2700 – 2900 kkal , kalsium 3% , phospor <0.6%

Kunci keberhasilan membuat ransum sendiri (self mixing) bukan tergantung dari cara kita menghitung atau metode/formula yang digunakan, melainkan bagaimana kita dapat menaksir atau mengetahui kandungan dari bahan bahan yang kita gunakan untuk dijadikan ransum ternak kita.

Menurut saya tidak ada formula ransum yang terhebat. Justru yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat (berada di sekeliling kita) untuk dijadikan  pakan aman dan sehat atau produk ekonomis yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak kita.

Contoh self mixing formula untuk pakan itik petelur dengan kandungan :

  • Protein ± 19%
  • Kalori 2800 – 2900 kkal
  • Kalsium ± 3%
  • Phospor ± 0.6%

Dengan bahan-bahan sebagai berikut :

NAMA BAHAN

  1. Katul orisinil (PK2)………………………………….34,5 kg
  2. Kebi*…………………………………………………….39,5 kg
  3. MBM (tepung daging & tulang, protein 50%)…..10 kg
  4. Bungkil Kedelai  (protein 44% up)………………..5,5 kg
  5. Tepung Ikan lokal (protein 40% up)……………..5,5 kg
  6. Grit (tepung cangkang bekicot)……………………4,5 kg
  7. Top Mix………………………………………………….0,2 kg
  8. Promix…………………………………………………..0,3 kg

*Kebi adalah bentuk jadi dari campuran pakan sebagai sumber kalori yang bisa dibuat dari: menir, katul, gaplek , roti kadaluarsa, karak nasi dll

Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat sedikit menjembatani informasi untuk dapat membuka wawasan tentang dunia peternakan khususnya itik/bebek di negeri ini.

Penulis: Rikma, peternak bebek, Blitar
Editor : Faishal

Macam Bahan Pakan Ternak Sumber Energi, Protein dan Vitamin

ARTIKELUncategorized Tuesday, 19 September 2017

Untuk menyusun sebuah ransum pakan ternak, peternak perlu mengetahui kandungan gizi pada berbagai jenis bahan baku pakan ternak yang akan dipakai. Hal ini sangat penting agar ransum pakan ternak yang disusun sesuai dengan kebutuhan hidup ternak baik energinya, proteinnya maupun vitamin dan mineralnya. Secara umum bahan baku pakan yang harganya mahal adalah bahan pakan sumber protein dalam arti kandungan protein dalam bahan pakan tersebut tinggi antara  20% ke atas.

Selain protein, energi, mineral ternak juga membutuhkan vitamin. Bahan pakan sumber vitamin yaitu minyak ikan, premix, multivitamin dan sayuran hijau dengan penggunaan sebanyak 0,5-2% dari total ransum.

Berikut ini beberapa macam dan jenis bahan pakan ternak yang termasuk sumber energi, sumber protein dan sumber vitamin dan mineral.

Bahan Baku Pakan Ternak Sebagai Sumber protein 

Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).

Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:

Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)

  • Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
  • Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).

Beberapa pakan sumber protein:

Tepung Darah 
Tepung darah merupakan limbah jagal yang banyak di Indonesia, tetapi jarang digunakan karena penampungan darah bekas jagal itu kotor dan banyak tercemar tinja sapi atau kerbau yang dipotong Kandungan proteinnya tinggi, bahkan lebih tinggi dari bungkil kedelai.
Kacang gude 
Kacang gude mengandung gizi yang cukup tinggi yakni 22% protein, 65% karbohidrat dan 15% lemak. Kacang gude dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kedelai atau bahn pencampur pada produk yang mengunakan bahan dasar kedelai, misalnya temped dan kecap. Selain sebagai bahan pangan, tanaman kacang gude digunakan pula sebagai pakan ternak, pelindung di pembibitan, pencegaha erosi, dan pematah angin.

Bungkil kelapa 
Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 – 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik .

Sulfur
Sulfur juga termasuk sumber energi. Sulfur adalah nutrisi utama bagi semua organisme. akumulasi unsur-unsur lain, membuat bahan tanaman (nabati ekstraksi) kurang cocok untuk digunakan sebagai pakan ternak dan untuk konsumsi manusia. Sulfur (S) asimilasi oleh tumbuhan memainkan peran penting dalam siklus S di alam, dan metabolisme S berasimilasi menyediakan berbagai senyawa yang bermanfaat bagi hewan, termasuk manusia

Tepung keong
Daging hewan keong itu bisa digunakan sebagai pengganti tepung ikan dan kulit nya bisa menjadi pengganti tepung tulang. Selama ini Indonesia masih mengimpor bahan baku pakan, seperti tepung ikan dan tepung tulang, yang mencapai ratusan ribu ton dalam setahun .

baca juga :

  • peternak maju

Tepung rese

Kandungan proteinnya bervariasi antara 43 – 47% dan merupakan sumber kalsium yang baik karena mengandung kitin. Tapi di Indonesia pemakaiannya belum umum, karena produksinya memang sedikit (

Bahan Baku Pakan Ternak Sumber energi 

Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:

  • Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
  • Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
  • Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
  • Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).

Molases termasuk sumber energi. Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses­ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil.

Bahan Baku Pakan Sumber vitamin dan mineral 

Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.

Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral .

Kedelai merupakan salah satu sumber mineral. Kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang mempunyai nilai biologis tinggi. Penggunaan kedelai sebagai bahan pakan ternak ruminansia belum lazim digunakan di Indonesia karena harga mahal, persaingan dengan kebutuhan pangan dan ternak monogastrik. Hasil ikutan kedelai yang banyak digunakan sebagai ransum ternak ruminansia diantaranya adalah ampastahu, ampas kecap kedelai afkir. Penggunaan bahan pakan asal kedelai dan ikutanya dapat digunakan semaksimal mungkin .

Herbal
Tujuan penggunaan herbal adalah untuk mengganti penggunaan antibiotik dalam pakan dan air minum sebagai feed additive yang dapat memberikan efek negatif pada ternak seperti growth promoter dan pencegah penyakit serta dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh ternak. Penggunaan herbal sebagai feed additive dalam ransum broiler bertujuan untuk mengganti penggunaan antibiotik sebagai growth promotor dan pencegah penyakit pada ternak unggas sehingga ternak dan manusia dapat terhindar dari residue antibiotik dan resistensi bakteri.

Baca Juga

  • Mengenal Bangsa-Bangsa Sapi Potong Eropa
  • Manfaat recording Ternak
  • Cara Membuat EM4 Sendiri Mudah & Praktis
  • Fakta tentang sapi belgian blue

 

Mengenal Rumput Gajah Odot Sebagai Pakan Ternak

ARTIKELUncategorized Saturday, 19 August 2017

Mengenal lebih dekat rumput odot yang merupakan sumber pakan hijauan bernutrisi tinggi dan sangat baik untuk dikonsumsi secara rutin oleh ternak kambing dan domba.

Selama ini di kalangan para peternak ruminansia, terbiasa melihat dan memanfaatkan Rumput Gajah atau King Grass (Rumput Raja), atau ada juga yang menyebut dengan istilah kolonjono, namun belum banyak yang membudidayakan rumput odot.

Ciri-ciri rumput odot : 

  • Rumput Odot memiliki ciri yang berbeda dengan varietas Rumput Gajah yang lain. Tinggi maksimal hanya 1 meter saja dan batangnya tetap pendek meskipun sampai waktunya berbunga.
  • Jarak antar ruas hanya 2-4 cm. Oleh karena ruas batangnya sangat pendek, daun nya lebih banyak di banding Rumput Gajah.
  •  Daun berbulu halu, batang gemuk

Keunggulannya

  • Rumput Odot memiliki produksi  yang tinggi dan sangat mudah berkembang, Di musim hujan biasanya batangnya lebih lunak sehingga sangat disukai kambing atau domba
  • Kualitas nutrisinya juga lebih tinggi dibanding rumput Gajah. Protein kasar (terutama daunnya) mencapai 12-14% bahka nada yang mencapai 17%. Kecernaannya juga tinggi 65-70%. Jika dirawat dan dipupuk secara intensif, pertumbuhannya sangat cepat dengan interval pemotongan antara 30-40 hari (pada musim hujan).
  •  Rumput ini bisa dijadikan sebagai bahan silage
  • Jumlah anakannya sangat banyak; dalam 2 kali masa panen bisa mencapai 20 anakan setiap rumpunnya, ini hanya berawal dari 1 batang rumput odot yang ditanam
  • Cukup menanam 1x diawal untuk bisa memanen rumput odot secara terus menerus

Kekurangannya

  • Rumput odot tidak cocok ditanam dilahan yang terlalu basah atau tergenang air
  • Odot tidak berkembang secara maksimal di lahan yang terlalu rindang, dia butuh sinar matahari dalam jumlah yang banyak
 

Cara menanam dan merawat lahan rumput odot

  • Siapkan lahan terlebih dahulu, untuk lahan yang kering silahkan disiram air dahulu sehingga tanah bisa basah selama minimal 1 minggu sesudah penyiraman
  • Untuk lahan yang sebelumnya penuh dengan ilalang atau rumput liar, silahkan di bersikan dahulu
  • Potong batang odot yang disiapkan untuk bibit sekitar 4-5 ruas, panjang sekitar 15cn
  • Tanam posisi miring , setengah batang dibenamkan dalam tanah
  • 1 minggu sesudah tanam akan muncul tunas, tunggu 4 hari kemudian baru dipupuk dengan urea untuk memacu daun awal dan memacu akar supaya cepat banyak
  • umur 21 hari silahkan melakukan pemupukan ulang dengan menggunakan pupuk naturan yaitu kotoran kambing dengan metode disebar disekeliling batang yang ditanam .
  • Pemupukan dengan kotoran kambing domba, wajib dilakukan minimal 3 bulan sekali sehingga kebutuhan pakan si rumput odot selalu tercukupi
  • Jarak tanam awal adalah 40-50 cm, 1 lubang cukup diisi 1-2 batang bibit
  • Panen perdana umur 40 hari, panen berikutya umur 25-30 hari
  • Ketika panen, potong odot mepet dengan tanah, supaya tunas baru muncul banyak
  • Apabila ingin menjadikan bibit baru, silahkan undur masa panen menjadi 40-5- hari sehingga ruas batang bawah sudah benar-benar tua dan berakar banyak.
  • Dalam lahan odot sebaiknya ditanam jenis pakan hijauan lainnya seperti singkong, nangka, kleresede ( gamal ), kaliandra, dll sehingga akan melengkapi kebutuhan nutrisi ternak

 

pakan alternatif kelinci dari bahan alami

ARTIKELUncategorized Saturday, 19 August 2017

Salah satu bidang usaha yang menurut saya masih memiliki prospek yang menjanjikan adalah ternak kelinci, mengapa demikian? karena belakangan ini permintaan akan kelinci dibeberapa daerah mengalami peningkatan. Beternak kelinci sendiri dibedakan menjadi 2 kategori yaitu kategori pedaging dan kategori hias, dari kedua kategori tersebut yang menurut saya lebih mudah dalam perawatannya yaitu kategori kelinci pedaging karena tidak diperlukan perawatan khusus untuk membudidayakannya, berbeda dengan kelinci hias yang dalam hal perawatannya harus dilakukan secara khusus dan itu pasti akan membutuhkan biaya tambahan yang akan menambah beban pengeluaran,  Dari kedua kategori tersebut mungkin yang menjadi kendala adalah masalah pakan, seperti yang kita ketahui bahwa makanan favorit kelinci berasal dari rerumputan, sayuran, dedaunan dan yang lainnya namun bagaimana bila makanan tersebut sulit ditemukan misalnya saja saat musim kemarau? solusi untuk mengatasinya bisa dengan membuat pakan alternatif kelinci.

Mungkin dengan membuat pakan alternatif kelinci ini bisa menjadi salah satu solusi keterbatasan pakan namun yang paling dianjurkan sebagai makanan kelinci yaitu makanan yang masih segar yang berasal dari alam seperti rerumputan, sayuran, dedaunan dan yang lainnya, namun dari pakan alami tersebut ada beberapa daun yang menjadi pantangan untuk dimakan untuk kelinci, bila didaerah saya disebut daun mandingan karena bisa membuat kelinci lebih rentan terkena penyakit kulit seperti gudikan, untuk itu kalian harus memperhatikan pakan yang akan diberikan pada kelinci. Untuk pakan alternatif ini sendiri mungkin ada beberapa kendala yang harus kalian hadapi, meski bahan tersebut terbilang alami namun untuk mendapatkannya kalian mungkin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membelinya selain itu kelinci harus beradaptasi dengan pakan alternatif ini sebab bila biasanya diberikan pakan berupa rerumputan pasti kelinci akan sedikit canggung dalam memakan pakan alternatif tersebut, namun kalian tak usah kawatir sebab adaptasi ini biasanya akan memerlukan waktu beberapa hari saja agar kelinci bisa terbiasa memakannya. Adapun bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat pakan alternatif tersebut antara lain.

Cara membuat pakan alternatif kelinci dari bahan alami

  • Dedak bekatul atau dedak yang halus.
  • Bungkil kelapa.
  • Bungkil kedelai.
  • Tepung mineral.

Bila bahan yang akan digunakan sudah siap sekarang waktunya untuk membuatnya dengan cara:

  1. Untuk takaran 1 kg pakan alternatif dibutuhkan 500 gram dedak, 200 gram bungkil kelapa, 200 gram bungkil kedelai, dan 100 gram tepung mineral.
  2. Bila bahan tersebut sudah didapatkan maka bisa langsung dicampurkan dalam satu wadah dan sedikit ditambah air agar lebih mudah menyatu.
  3. Aduk campuran bahan-bahan tersebut samapi menyatu semua.
  4. Bila bahan tersebut sudah menyatu maka bisa langsung diberikan pada kelinci.

Demikianlah informasi tentang membuat pakan alternatif kelinci, semoga informasi ini bisa berguna dan bermanfaat untuk kalian semua, sekian dari saya dan terima kasih.

12
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada

Jl. Fauna No. 3 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Telp: (0274) 513363 | Fax: (0274) 521578 |

Email: fapet@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY