Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Kanal Pengetahuan Fakultas Peternakan
  • BERANDA
  • E-LEARNING
    • MENARA ILMU
    • KULIAH TERBUKA
    • KULIAH TAMU
    • COMMUNITY OF PRACTICE
    • COMMUNITY OF SERVICE
    • PROFIL DOSEN
  • RISET & PUBLIKASI
    • KNOWLEDGE TRANSLATION
    • PERTEMUAN ILMIAH
    • PENELITIAN
    • PUBLIKASI
  • TENTANG KANAL
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 3
Pos oleh :

admin

Kuliah Terbuka : Pembibitan dan Pemuliaan Ayam Kampung – Prof. Dr. Ir. Jafendi HP Sidadolog

KULIAH TERBUKA Wednesday, 29 November 2017

[av_heading tag=’h3′ padding=’10’ heading=’Kuliah Terbuka : Pembibitan dan Pemuliaan Unggas – Prof. Dr. Ir. Jafendi HP Sidadolog’ color=” style=” custom_font=” size=” subheading_active=” subheading_size=’15’ custom_class=” admin_preview_bg=”][/av_heading]

[av_video src=’https://www.youtube.com/watch?v=nz3II7K1orU&t=12s’ format=’16-9′ width=’16’ height=’9′]

[av_textblock size=” font_color=” color=” admin_preview_bg=”]

Jasa Desain Website berkualitas Matob Creative Studio

[/av_textblock]

Lembu Gama – Riset Pemuliaan Bibit Sapi Unggul Indonesia

COMMUNITY OF SERVICEPENELITIAN Tuesday, 28 November 2017

Lembu Gama – Riset Pemuliaan Bibit Sapi Unggul Indonesia

Proses pembentukan bangsa komposit Lembu Gama juga diikuti dengan pemurnian genetik sapi Wagyu dan Belgian Blue. Keduanya, akan didapatkan kurang lebih 3 tahun lagi

Bermula dari keinginan sederhana, membentuk sapi komposit yang produksi dagingnya banyak, bermutu tinggi, performa reproduksi tinggi, adaptif terhadap kondisi iklim dan pakan di Indonesia. Keinginan dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus itu sama dengan kebutuhan korporasi, ketika kemudian dikomunikasikan dengan pemilik PT Widodo Makmur Perkasa (WMP).

Dari komunikasi itu dibangunlah Centre of Excellence (CoE) – Klaten sebagai wujud kerja bareng Fakultas Peternakan UGM dengan WMP. Di sini keduanya bekerjasama melakukan riset manajemen dan breeding (pembibitan) untuk membentuk sapi breed komposit berjuluk Lembu Gama.

Persilangan 3 Bangsa

Ali Agus menerangkan Lembu Gama dibentuk dari persilangan 3 breed (bangsa), yaitu sapi Wagyu, Brahman dan Belgian Blue. Breeding dilakukan di kandang breeding PT WMP di desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. “Semen sapi Belgian Blue didatangkan dari Belgia, atas kerjasama dengan University of Liege, Belgia,” kata Ali saat menyambut kunjungan kerja Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir di farm PT WM pada Selasa (31/1).

Hingga akhir Januari 2016, kata Ali, sudah lahir 12 ekor generasi pertama (F1) persilangan sapi Belgian Blue dengan sapi Brahman. Kemudian sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan sapi Wagyu. Hasil ketiga keturunan Brahman, Wagyu dan Belgian Blue inilah yang nanti dinamakan Lembu Gama, sebagai breed composit ke tiga darah sapi unggul tersebut.

“Dari breed composit ini diharapkan akan lahir sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropis basah dari darah tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian juga memiliki daging yang empuk/tender meat (tetua Wagyu) dan memiliki otot double (double muscle) sebagaimana sapi Belgian Blue,” urai Ali.

Sapi Gama dengan ciri adaptif-produktif penghasil daging yang empuk dan jumlah melimpah inilah yang diharapkan Center Of Excellence ini. “Secara ringkas, kami berharap Lembu Gama akan menjadi produsen daging sapi prime quality (kualitas prima),” tandas Ali.

Pemurnian Genetik

Sunarna, salah satu pemilik saham PT WM menyatakan, proses pembentukan bangsa komposit ini juga diikuti dengan pemurnian genetik sapi Wagyu dan Belgian Blue. “Sama dengan pembuatan sapi komposit yang baru akan didapatkan kira-kira 3 tahun lagi. Pemurnian juga masih butuh 3 tahun lagi,” terangnya.

Caranya, ia menerangkan, sapi lokal di IB (Inseminasi Buatan) dengan straw semen sapi Belgian Blue. Pedet yang lahir (F1) memiliki komposisi darah 50 % Belgian Blue. Setelah dewasa, F1 ini dikawinkan dengan straw semen Belgian Blue lagi sehingga lahir pedet (F2) dengan komposisi darah 75 % Belgian Blue. F2 ini kemudian dikawinkan lagi dengan straw semen Belgian Blue sehingga lahir pedet (F3) dengan komposisi darah 87,5 % Belgian Blue (mendekati 100 %).

Pemurnian genetik mutlak dilakukan untuk menyediakan sapi darah murni yang akan dikawin silangkan untuk menghasilkan bangsa komposit pada masa mendatang. “Biayanya besar, tetapi dengan dana CSR (Corporate Social Responsibility), kami merasa perlu menggarap ini dengan UGM untuk masa depan bersama,” ungkap Sunarna.

Dia menerangkan sapi Wagyu pertumbuhan bobot hariannya bisa tembus 1,2 kg/hari. Sedangkan sapi Belgian Blue bisa tumbuh hingga di atas 2 kg perhari, dengan rasio daging tulang (karkas) 58 % – 60 %.  Jauh di atas sapi lokal yang hanya 45 %-52 %.

Wujud Hilirisasi Riset

Menristekdikti M Nasir menyatakan kerjasama antara perguruan tinggi dan perusahaan swasta dalam bentuk riset untuk menghasilkan output yang langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh industri sangat pas dengan paradigma hilirisasi riset yang sedang digencarkan Kemenristekdikti. “Kerjasama Fakultas Peternakan UGM dengan PT WMP dan University of Liege Belgia dalam rangka membangun sebuah Center Of Excellence bisa menjadi acuan bagi perusahaan dan perguruan tinggi lain,” kata Nasir.

Plaza Agro Fakultas Peternakan UGM – Role Model Retail Modern Produk Agrikultur

COMMUNITY OF SERVICE Tuesday, 28 November 2017

Plaza Agro Gadjah Mada merupakan bentuk pengembangan usaha yang dilakukan oleh Fakultas Peternakan UGM bekerjasama dengan PT. Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM) yang merupakan mini market yang menyuplai produk hasil pertanian, peternakan, maupun produk umum.  Plaza Agro Gadjah Mada berlokasi di Jl. Agro, Karangmalang, Depok, Sleman, tepatnya di pintu masuk Timur Fakultas Peternakan UGM. Dalam beberapa tahun terakhir Fakultas Peternakan telah melakukan berbagai upaya mendayagunakan sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mengembangkan unit-unit usaha yang dapat memberi keuntungan tidak hanya bagi Fakultas Peternakan, tetapi untuk UGM dan masyarakat luas. Adapun tujuan pengembangan berbagai unit usaha tersebut adalah selain menjadi tempat pembelajaran (lab produksi) juga melatih kewirausahaan bagi mahasiswa serta mempercepat proses inovasi produk yang teruji dan laku di pasaran.

Disamping menyediakan produk-produk kebutuhan sehari-hari, Plaza Agro Gadjah Mada juga bisa menjadi wahana pelatihan berwirausaha bagi mahasiswa dalam mengembangkan produk-produk inovatif. Sejumlah produk mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).

Informasi dan Layanan

PLAZA AGRO GADJAH MADA

Jl. Agro Karangmalang, Caturtunggal Depok Sleman di jalur masuk timur berada di area Fakultas Peternakan, Sleman, Yogyakarta 55281
Telp : 0274 6411691, 0853 139 10 200

Prof. Lee Keun Taik – Modern Packaging in Animal Industry

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Lee Keun Taik.

Dr. Vu Dinh Ton – Economic of Animal Production in Vietnam

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Dr. Vu Dinh Ton.

Dr John Moran – Tropical Dairy Farming

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Dr. John Moran.

Prof. Dr. Meth Wanapat – Ruminant Microbes

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Dr. Meth Wanapat.

Prof. Dr. Tridjoko Wisnumurti – Halal Tourism & Food

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Dr. Tridjoko Wisnumurti.

Prof. Liang Chou Hsia – Research And Application In Animal Nutrition

KULIAH TAMU Tuesday, 28 November 2017


Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Liang Chou Hsia.

ALFALFA UNTUK MASA DEPAN PETERNAKAN

ARTIKELUncategorized Sunday, 19 November 2017

Tanaman alfalfa bagi masyarakat Indonesia masih memberi kesan asing dan adanya di luar negeri, khususnya kawasan subtropics. Tanaman leguminosa tahunan ini dinilai istimewa karena kekayaan nutrisi dan fitogenik serta banyak kegunaan. Dunia Arab memberinya nama Al-Fisfisa, yang bahasa Spayol menjadi Alfalfa dan artinya “Bapak Semua Makanan”. Di Amerika Serikat dijuluki sebagai “Queen of the Forages” (ratu semua hijauan pakan) dan merupakan tanaman komersial dengan total areal nomor empat setelah jagung, gandum, dan kedelai.

Tetapi kini alfalfa yang di Eropa lebih dikenal dengan nama Lucerne itu tidak lagi monopoli kawasan tropis. Paling tidak sejak tahun 1990-an, Indonesia sudah mulai mengembangkan budidaya alfalfa. Dan ilmuwan Indonesia sudah berhasil merintis budidaya alfalfa di dataran rendah yang disebut Alfalfa Tropika yang disingkat Alfata. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan alfalfa berpeluang besar dibudidayakan di Indonesia, tidak hanya di dataran tingginya, dan bisa dikembangkan di lahan kering. Di Indonesia kini sudah ada kebun-kebun alfalfa yang hasilnya bahkan sudah ada yang diekspor.

Multiguna
Alfalfa diduga merupakan tanaman asli Asia Baratdaya dan sudah digunakan di Persia ribuan tahun Sebelum Masehi (SM), diperkenalkan ke Eropa abad kelima SM, dibawa bangsa Spanyol ke Amerika Selatan dan memasuki Amerika Serikat tahun 1800-an. Dari awal sudah digunakan sebagai pakan ruminansia, utamanya kuda dan sapi, dan sebagai makanan dan minuman kesehatan dari daun, biji dan kecambah alfalfa. Alfalfa dikenal sebagai hijauan pakan yang kandungan nutrisinya paling lengkap (sekitar 60 jenis) dengan tingkat kandungan paling tinggi di antara semua hijauan leguminosa pakan. Alfalfa kini telah menjadi pakan hijauan yang paling besar produksi globalnya di banding pakan hijauan lainnya.

Tanaman alfalfa (Medicago sativa) termasuk dalam famili Fabaceae dan genus Medicago. Bersifat perennial, bisa bertahan beberapa tahun dengan panen berkali-kali dalam setahun. Tinggi berkisar satu meter, dan akar masuk ke tanah sampai kedalaman 2-4 meter. Dibanding leguminosa lainnya, alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan. Pada musim kemarau yang parah mampu melakukan dormansi (tidak aktif) dan aktif kembali bila tingkat kelembaban sudah sesuai.

Daftar nutrisi pada alfalfa panjang dengan tingkat kandungan yang tinggi. Di antaranya, kandungan protein sekitar 15-22%. Ada vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, K, Niacin, asam panthotenic, asam folat, inocitole, biotin. Ada mineral P, Ca, K, Na, Cl, S, Mg, Cu, Fe, Co, B, Mo, Ni, Pb, Sr, dan Pd. Kandungan serat rendah sehingga mudah dicerna hewan ternak.
Kegunaan utama alfalfa, khusus daun dan tangkainya, sejak dahulu ialah sebagai pakan ternak ruminansia. Belakangan ini sudah digunakan sebgai pakan untuk unggas dan ternak lainnya.

Alfalfa juga digunakan sebagai pangan manusia, khususnya kecambah bijinya yang sudah popular di berbagai negara. Sejak zaman purba, alfalfa juga dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat memelihara kesehatan dan menangkal penyakit. Dunia industri sekarang mengolah alfalfa untuk memproduksi enzim-enzim industrial seperti peroxidase, alphaamylase, sellulase dan phytase.

Penghimpunan nitrogen melalui bintil-bintil akar serta cekaman akarnya yang mendalam menjadikan alfalfa cocok dijadikan tanaman untuk bioremidiasi maupun konservasi tanah, termasuk menahan erosi di lahan miring sampai kemiringan 80%. Juga sebagai tanaman rotasi untuk menyingkirkan hama atau penyakit tanaman tertentu. Dan belakangan ini sudah pula mulai dimanfaatkan sebagai sumber biofuel untuk pembangkit tenaga listrik.

Alfalfa Tropika
Upaya budidaya alfalfa untuk tujuan komersial di Indonesia relatif masih baru. Tercatat antara lain diusahakan di daerah Boyolalu (Agrowisata Selo Pass), Jawa Tengah tahun 1995. Dr. Nugroho Wasmadi, tenaga ahli pada Agrowisata Selo Pass mulai melakukan riset pengembangan tahun 2000. Riset dilanjutkan bersama Indonesia Alfalfa Centre (IAC) yang dipimpin Dr. Nugroho Wasmadi dan berada di bawah Lembaga Penelitian Universitas Wahid Hasyim Semarang. Tahun 2005 penelitian dilanjutkan dengan dengan kerjasama perusahaan Taiwan. Dan tahun 2007, alfalfa hasil petani binaan mereka mulai diekspor ke Taiwan.

IAC telah berhasil mengembangkan alfalfa tropika (alfata) melalui sistem keseimbangan interflow, yakni mengkondisikan iklim mikro bawah tanah agar biji alfalfa dari daerah subtropik bisa tumbuh baik dan menghasilkan alfalfa dengan kandungan nutrisi tetap tinggi. Alfalfa dalam beberapa aspek dinyatakan bahkan lebih unggul dari alfalfa tropis. Yakni panen bisa sekali 21 hari (subtropics 2 bulan sekali), kandungan protein 32% (dibanding 21%), usia produksi 3 tahun (dibanding 1 tahun), produksi 15 ton/ha (dibanding 10 ton/ha, media tanam segala jenis tanah termasuk lahan tidak produktif, dibanging tanah gromosol).

Sementara itu, hasil riset Widyati Slamet dkk (2009) dari Universitas Diponegoro, Semarang menunjukkan media tanam tidak memengaruhi produksi dan kualitas protein kasar, serat kasar, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik hijauan alfalfa pada pemotongan pertama. Semakin tinggi persentase pemberian kompos pada media tanam, produksi dan mutu hijauan alfalfa akan ikut meningkat. Sedangkan Juniar Sirait dkk dari Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih, Sumatera Utara menyimpulkan alfalfa yang ditanam di dataran tinggi beriklim basah Kabupaten Karo potensial digunakan sebagai bahan pakan kambing. Alasannya, pertumbuhan alfalfa baik, produksi cukup tinggi, nilai nutrisi di atas rumput alam dan merupakan sumber kaya protein dengan palabilitas cukup tinggi.

Pakan sejauh ini merupakan salah satu masalah utama dalam pengembangan ternak di Indonesia. Uraian di atas kelihatannya memberi pertanda bahwa alfalfa berpeluang dijadikan sebagai salah satu jawaban strategis bagi masa depan peternakan di Indonesia. (Sinar Tani Edisi 15-21 Pebruari 2012 No. 3444 Tahun XLII)

12345
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada

Jl. Fauna No. 3 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Telp: (0274) 513363 | Fax: (0274) 521578 |

Email: fapet@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY