Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Dr. Tridjoko Wisnumurti.
2017
Kuliah tamu dilaksanakan di Auditorium Fakultas Peternakan UGM pada tanggal 12-13 September 2017. Kuliah tamu ini disampaikan oleh Prof. Liang Chou Hsia.
Tanaman alfalfa bagi masyarakat Indonesia masih memberi kesan asing dan adanya di luar negeri, khususnya kawasan subtropics. Tanaman leguminosa tahunan ini dinilai istimewa karena kekayaan nutrisi dan fitogenik serta banyak kegunaan. Dunia Arab memberinya nama Al-Fisfisa, yang bahasa Spayol menjadi Alfalfa dan artinya “Bapak Semua Makanan”. Di Amerika Serikat dijuluki sebagai “Queen of the Forages” (ratu semua hijauan pakan) dan merupakan tanaman komersial dengan total areal nomor empat setelah jagung, gandum, dan kedelai.
Sedikitnya 65 ribu ekor sapi di empat kabupaten, Magelang, Sleman, Klaten, dan Boyolali terancam kekurangan pakan dan harus turut serta diungsikan akibat bencana letusan Merapi. Untuk mengatasi ancaman kekurangan pakan ini, tim peneliti dari Fakultas Peternakan UGM berhasil mengembangkan ‘burger’ siap saji untuk sapi-sapi korban Merapi. Para peneliti UGM ini membuat semacam burger pakan sapi siap saji dengan bahan baku utama jerami padi (70%), dedak gandum atau polard (20%), molase dan larutan mikrobia (10%) untuk membantu proses fermentasi. “Burger pakan sapi ini merupakan campuran dari berbagai bahan yang diramu sehingga kandungan nutrisinya mencukupi kebutuhan ternak dan tidak perlu tambahan bahan pakan lain, termasuk hijauan, kecuali air minum,” kata Prof. Dr. Ali Agus, D.E,A., salah seorang anggota tim peneliti kepada wartawan, Rabu (10/11).
Sapi Bali merupakan jenis sapi potong utama di wilayah Indonesia Timur. Sapi jenis ini banyak dibudidayakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada tahun 2011 di daerah tersebut populasi sapi Bali mencapai 784.012 ekor. Sementara permintaan sapi Bali dari luar derah setiap tahunnya sangat besar hingga 23.000 ekor.
“Hanya saja hingga kini NTB belum bisa memanfaatkan peluang tersebut karena keterbatasan lahan dan keterbatasan pemeliharaan ternak yang rata-rata hanya bisa memelihar 2 ekor sapi,” jelas Ir. Imran, M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor, Jum’at (26/4) di Fakultas Peternakan UGM.